Berkunjung ke Negeri King-Kong

Selasa, 3 Oktober 2023 18:41 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Berjumpa gorila di alam
Iklan

Saat kami sudah memasuki kawasan hutan Virunga, Rwanda, terdengar dari jauh suara ranger. Pemandu wisata mengajak kami ke arah suara ranger tersebut, dan sesaat kami meihat sekelompok gorila di depan mata. Seperti tidak percaya bisa begitu dekat dengan kera besar itu!

BERKUNJUNG KE NEGERI KING KONG.

Berjumpa gorila di alam

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setiap hari bergelut dengan pekerjaan dalam membantu pelestarian orangutan di Kalimantan. Meneliti, mengamati, menggendong, memberi makan anak-anak orangutan bekas peliharaan untuk beberapa kegiatan agar program rehabilitasi orangutan yang dikelola oleh Orangutan Foundation International (OFI) itu berjalan dengan baik. Sehingga seperti mimpi ketika diajak oleh Prof. Dr. Biruté Mary Galdikas untuk berkunjung ke kawasan hutan di mana dapat ditemui saudara sepupu orangutan, yaitu gorila.

Tentu masyarakat awam akan kurang mengenal dengan kata gorila, dan akan paham dan mengerti dan dapat membayangkan dengan kata king kong. Sebuah gambaran kera besar, atau raksasa dalam beberapa film animasi atau kartun. Saking besarnya, seorang manusia, dalam film itu, gadis yang cantik terlihat ada di telapak tangan king kong. Sehingga kita dapat terbayang, betapa besarnya mahluk itu. Apalagi teriakan king kong dengan nenepuk-nepuk dadanya, dengan ssuara yang menyeramkan dan menakutkan.

Dan arti tepukan dada itu memiliki arti sebuah peringatan kepada siapa saja, jangan mendekat. Tentu bahasa tubuh dengan suara itu, sama dengan teriakan orangutan yang disebut dengan “long call”. Dimana, menurut para peneliti, suara itu mempunyai beberapa arti, yaitu untuk mengabarkan bahwa dialah penguasa hutan. Namun bila ada jantan yang merasa kuat, akan mendatangi, dan kelahi. Juga diartikan untuk betina orangutan, yang memasuki masa estrus, di sini ada jantan penguasa atau teriakan itu mengandung arti, jantan usai melakukan berhubungan.

Sebuah pengalaman sewaktu berkunjung ke Universal Studios di Hollywood, dengan naik kereta tiba-tiba dikagetkan dengan adanya berbagai binatang purba dan juga si raksasa itu. Menggoyang-goyangkan kereta, pengunjung atau penumpang kereta petualangan itu sempat kaget, tegang dan teriak histeris, namun ini hanya sebuah hiburan petualangan yang menegangkan.

Prof Dr. Biruté Mary Galdikas, di latar belakang ada gorila liar

Di alam nyata, king kong yang digambarkan dalam sebuah cerita itu dan terispirasi dari gorila di alam, tidaklah sebesar itu. Namun Gorila, merupakan salah satu dari 4 kera besar yang masih hidup di dunia ini. Sebagai pembanding orangutan dan gorila. Berat badan gorilla lebih dari 200 an kg, sedangkan orangutan jantan dewasa, beratnya kurang dari 100 kg.

Di alam gorila ada 4 sub jenis, Gorila yang tersebar di pesisir barat Afrika ada 2 sub jenis dalam Bahasa ilmiahnya adalah Gorilla gorilla gorilla (penyebarannya cukup luas) dan G.g. dielhi, penyebrannya sangan sempit. Sedangkan gorila pegunungan, peneliti sering menyebut, gorila timur yang memeiliki 2 sub jenis, yaitu G.beringei beringei dan G.b.graueri penyebaarannya sangat sempit.

Perjalananan untuk melihat gorila di alam, rombongan ke Virunga Mountain National Park di Rwanda dan Bwindi Impenetrable Forest di Uganda. Untuk mencapai tujuan ke Virunga Mountain National Park, melewati penerbangan ke Enttebee di Uganda, dari sini memakai pesawat yang lebih kecil menuju Kigali dan dilanjutkan dengan mobil menuju tempat bermalam di salah hotel di Rwanda.

Perjalanan melihat gorila liar dimulai pada keesokan harinya. Setelah sarapan bersama, rombongan diantar ke Virunga National Park. Untuk bisa masuk ke dalam kawasan ini terlebih dahulu harus mendaftar sebelum ke Rwanda dan bisa jadi masuk dalam daftar tunggu “waiting list”. Memang lokasi itu merupakan kawasan kunjungan terbatas, bukan mass tourism, terkadang bila penuh, harus menunggu beberapa bulan.

Biaya masuk pada saat itu adalah 300 USD/orang, ini pun tidak bisa berlama-lama di dalam kawasan. Jika bertemu dengan kelompok gorila, para tamu hanya diberi kesempatan 1 jam saja untuk melihat dan membuat gambar King Kong di alam tersebut. Setelah itu para tamu harus meninggalkan kelompok gorila. Terkadang rombongan tamu tidak berjumpa dengan kelompok gorila sehingga harus meninggalkan kawasan hutan tanpa melihat gorila liar.

Grup kami sangat beruntung karena bisa bertemu dengan satu kelompok gorila. Bahkan  diberi kesempatan lebih dari 1 jam bersama-sama untuk dekat dengan kelompok gorila. Pengurus perjalanan dan pemandu wisata yang mendampingi rombongan, berusaha supaya grup kami bisa berjumpa dengan gorila karena mereka melihat Dr. Birute Mary Galdikas ada dalam rombongan kami sebagai teman dari Dr. Dian Fossey, perintis peneliti gorilla, dan sesama peneliti kera besar yang terkenal di dunia. 

Saya sendiri mendengar bagaimana pemandu wisata berusaha meyakinkan para ranger yang merupakan masyarakat lokal dan bekerja sehari-hari menjaga gorila di kawasan tersebut, agar bisa menemukan kelompok Gorila. Pemandu wisata tersebut mengatakan kepada para ranger tentang Dr. Birute Galdikas, “She is the most important person in the world”!

Saat kami sudah memasuki kawasan hutan Virunga terdengar dari jauh suara ranger, lalu pemandu wisata mengajak kami ke arah suara ranger tersebut dan saat tiba melihat sekelompok gorila di depan mata. Seperti tidak percaya bisa begitu dekat dengan gorila liar  seperti itu. Sangat senang sekali memiliki pengalaman seumur hidup dan sangat mengapresiasi  dan menghormati para ranger yang sudah berusaha menjaga kawasan hutan dan menjaga populasi gorila liar. Para ranger ini bekerja sangat profesional dan memastikan mendapatkan pengalaman seumur hidup serta memastikan jalur kami aman dan mudah untuk dilalui.

 

Terbayang dalam benak ketika bertemu gorilla di alam, seorang wanita perkasa yang meneliti gorila pertama di dunia. Ketika itu orang belum banyak yang melakukan, dan bahkan sering kali kera besar Afrika itu untuk diburu, setelah membunuh induknya, sehingga dapat menangkap anaknya untuk diperdagangkan. Tak ubahnya dengan perdagangan orangutan. Para pemburu pasti membunuh induknya, untuk mendapatkan anak. Tak mungkin pemburu dapat mengambil anak, tentu induk akan mempertahankan dan menyerang.

 

Dia adalah Dian Fosey, yang memulai melakukan penelitan gorila sejak tahun 1966. Sejumlah tantangan dalam melestarikan gorilla gunung itu penuh dengan perjuangan. Tak ayal dalam kampanye melawan perburuan gorilla itu, Dian Fosey tewas dalam kemah penelitiannya. Banyak menduga, meninggalnya peneliti gorilla itu, ditangan pemburu. Namun hingga saat ini pelakunya belum diketemukan.

 

Sebelum meninggal, Dian Fosey, menulis sebuah buku yang cukup terkenal yaitu Gorillas In The Mist dan menjadi sebuah film ceritera dengan judul yang sama (Foto dok OFI ditulis oleh Edy Hendras W dan Renie D)

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Edy Hendras Wahyono

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Berkunjung ke Negeri King-Kong

Selasa, 3 Oktober 2023 18:41 WIB
img-content

Para Dokter, Where Are You?

Senin, 25 September 2023 16:10 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Travel

Lihat semua